Future Secrets #Ilookwebseries
Chapter 2
Ujian akhir semester diadakan selama seminggu ke depan sesuai jadwal mata kuliah. Berbagai jenis soal yang dibuat oleh dosen benar-benar menantang otak untuk segera menyelesaikannya. Tapi kebanyakan dari mereka akan memberikan para mahasiswa santapan soal essay yang jawabannya bisa melebihi kertas folio secara bolak-balik.
Saat soal dibagikan, para mahasiswa akan mengerjakannya dengan tentram. Mereka akan mencoba untuk mengisikan soal yang ada di dalam kertas tersebut. Tetapi, mereka akan mulai beraksi saat dosen tengah lengah. Ada yang berbisik saling melempar jawaban, ada yang menggunakan kesempatan untuk membuka ponsel atau melirik catatan dalam kotak pensil, ataupun berbagi kode jawaban kepada teman sebelah.
Aku melihat kecurangan itu, tapi aku tidak ingin seperti mereka. Itu sama saja dengan membohongi diriku sendiri. Aku sudah belajar dengan baik beberapa hari sebelum ujian. Untuk hasilnya aku pasrah. Walaupun sebenarnya aku mengharapkan mendapatkan nilai yang baik.
Ujian berakhir. Semua orang mengumpulkan kertas jawaban. Aku akui soal yang aku dapat hari ini benar-benar sulit. Bahkan aku tidak yakin jika jawabanku itu tepat.
“Soalnya susah banget ya Gres, gue angkat tangan,” keluh Yulia.
“Iya Yul, gue ragu sih kalau gue bener jawabnya.”
“Tapi sebentar lagi liburan semester kan. Akhirnya gue bisa istirahat selama dua bulan,” ucap Yulia kembali bahagia dan melupakan tentang ujian.
***
Aku kembali ke gedung kuliah untuk ujian terakhirku. Saat aku hampir dekat ke arah kelas, terdengar suara berisik disana.
“Pokoknya gue nggak mau masukkan nama lo, enak aja lo numpang nama doang,” suara Filia sangat jelas terdengar.
“Lo jadi adik tingkat sombong, belum aja lo ngerasain gimana sulitnya mahasiswa di semester terakhir. Udah ngerasa pintar lo sampai lo ngira matakuliah yang lo ikutin bakalan aman?” balas Kak Dwi, kakak tingkat yang saat ini tengah adu cekcok dengan Filia
“Kalau iya kenapa? Gue nggak akan jadi kayak lo,” teriak Filia sudah dikuasai oleh emosi. Sebelum ujian dimulai, tugas terakhir kami harus dikumpulkan. Kak Dwi baru tahu hari ini kalau namanya tidak ada di kelompoknya. Waktunya sangat mepet. Tugas makalah tidak bisa diselesaikan dalam beberapa jam ke depan. Akhirnya Kak Dwi tidak lagi membalas ucapan Filia lagi. Dia kembali ke tempat duduknya yang sedikit berada di belakang.
Yulia yang kini telah berada di sampingku ikut termenung karena hampir tidak percaya kalau Filia bertengkar dengan kakak tingkat.
“Gila, berani bener ya Filia,” ucap Yulia tak menyangka
“Udah, nggak usah ikut campur. Hari ini ujian terakhir,” jawabku sebelum aku mencari tempat duduk.
Saat dosen datang, Kak Dwi memberitahu bahwa ia tidak bisa mengumpulkan tugas tepat waktu. Dia meminta waktu sampai sore. Beruntungnya dosen mengerti dan kebetulan Ibu dosen berada di kampus sampai sore. Kak Dwi dan Filia saling bertatap tajam. Anak kelas mewanti-wanti kalau mereka berdua hilang kontrol dan berkelahi kembali di depan dosen.
Yulia benafas lega saat jawabannya sudah terkumpul karena ia akan menikmati liburan panjang setelah ini. Aku dan Yulia ke parkiran untuk mengambil motor kami. Tiba-tiba ponselku berdering, ternyata pesan dari Kak Fino yang menyuruhku untuk mengantarkan laptop. Karena beberapa hari ke depan laptopnya harus diinstall dan dia harus mengerjakan proposal skripsinya.
“Yul, gue tempat Kak Fino ya, mau ngantarin laptop,” ucapku sebelum pergi. Yulia mengangguk.
***
Kak Fino menungguku di depan gedungnya. Dia tersenyum ke arah aku seperti tidak ada beban. “Tadi aku udah ke sini, kakak ke mana sih ?” tanyaku sedikit kesal.
“Tadi ada rapat di organisasi,” jawabnya ssambil mengambil laptop dari tanganku.
“Oke. Aku pulang ya. Tadi terakhir ujian besok udah bebas,” ucapku memberitahunya.
“Ya udah, hati-hati ya,” jawabnya.
***
Aku membaringkan badanku di atas kasur. Beberapa hari yang lalu aku tidak bisa tidur nyenyak karena aku harus menghapal beberapa materi untuk ujian. Karena ujian telah selesai, saatnya aku memejamkan mataku.
Suara dering ponsel membuat mataku terbuka kembali. aku mengambil ponselku dan membuka pesan whatsapp yang masuk. Itu pesan dari Kak Fino.
[Malam nanti kakak ke rumah]
Entah kenapa melihat notifikasi pesan itu membuat aku sangat bahagia. Setelah selesai ujian, akhirnya aku memiliki waktu bersama Kak Fino.
Aku memejamkan mataku dengan perasaan yang senang. Setidaknya aku memiliki beberapa jam sebelum malam tiba dan Kak Fino akan datang.
***
Kak Fino datang ke rumahku. Dia membawa beberapa jurnal yang harus ia baca. Katanya dia akan membuat proposal skripsinya. Tidak masalah untukku, selagi dia bisa berada di sebelahku.
“Jurnal buat apaan sih, kok banyak banget ?” tanyaku saat dia membuka setiap jurnal.
“Untuk referensi, biar tahu gimana ngerjain skripsinya nanti,” jawabnya.
“Tahun depan berarti Kakak udah tamat ya ?” tanyaku memastikan.
Dia tersenyum lalu mengusap kepalaku. “Iya, memangnya kenapa ?” tanyanya. Beda jurusan saja ketemunya susah sekali, apalagi kalau dia sudah kerja.
“Nggak sih, tapi jarak itu nanti makin terasa,” jawabku. Kak Fino mengerti apa yang aku maksud tentang kegelisahanku.
“Tergantung orang itu, mau komitmen atau nggak,” ucapnya dengan penuh keyakinan. Saat Kak Fino begitu yakin, tidak ada alasan untuk aku meragukannya. Ya, meski perasaan gelisah dan khawatir itu selalu menyelimutiku.
Aku membantu Kak Fino untuk mengerjakan proposal skripsinya, meski tidak begitu berarti. Tapi Kak Fino memintaku untuk mencari referensi lain di internet. Hal itu membuat kehadiranku berguna untuknya.
“Tadi Filia bertengkar sama kakak tingkat,” curhatku.
“Karena apa?” tanya Kak Fino sembari mengetik.
“Karena tugas. Katanya, karena kakak tingkat itu nggak bantu ngerjain dan numpang nama aja,” jawabku.
“Emang teman kamu nggak bisa mentoleransi ya? kakak tingkat itu udah banyak beban, mana harus skripsi, mana harus ngulang, mana harus ngerjakan tugas,” jelas Kak Fino yang mengerti keadaan anak semester akhir.
“Kayaknya nggak, orangnya juga keras kepala,” kataku.
“Ada saatnya nanti dia ngerasaain.” Aku pikir hal itu akan terjadi cepat atau lambat. Karena kebanyakan mahasiswa pernah merasakan mengulang mata kuliah.
Jam menunjukkan pukul sembilan malam. Kak Fino bersiap-siap untuk pulang meski proposalnya belum selesai. Kata Kak Fino, proposal skripsi tidak bisa selesai cepat kayak makalah. Butuh banyak referensi untuk menyelesaikannya. Sedikit demi sedikit aku mulai paham tentang proposal skripsi meski kami beda jurusan.
***
0 Komentar