GB 2 HOROR
CASES, PART 2
(Apa benar
hal mistik tak bisa dipercaya?)
Halo
sobat Ilook! Sekitar dua minggu lalu cerita ini dipublish oleh tim Ilook
Website ternyata banyak sekali yang penasaran terhadap cerita horror di GB 2.
Bahkan bisa tembus hingga lebih dari 25 ribu readers! Salut. Pertama kalinya
ada puluhan ribu yang mau menjadi pembaca kisah ini. Berhubung masih pada
penasaran karena ceritanya digantung, maka hari ini Ilook memberikan lanjutan
kisahnya, silahkan dinikmati.
***
Setelah
dua minggu selepas kejadian kelam itu, dimana aku dan Donna ditemukan pingsan
di malam keakraban. Hari ini kami kembali disuruh berkumpul oleh para senior
untuk membahas masalah kegiatan jurusan selanjutnya. Kegiatan yang akan
diadakan selama 3 hari 4 malam dan berlokasikan cukup jauh dari kampus. Tentu
saja, akan lebih jauh lagi dari kediamanku.
Pukul
15.30, kelas berakhir. Semua mahasiswa berhamburan keluar dan menjalani
aktivitasnya masing-masing. Termasuk aku dan salah satu temanku, juga langsung
pergi ke ruang 11 sebagaimana telah diintruksikan untuk berkumpul disana.
“Riz, aku enggak ke ruangan langsung nih, aku mau beli
makan siang dulu. Boleh minjam motor kamu gak?” tanya Vegi yang menghampiriku
“Oh, boleh kok Ve. Ini kuncinya, aku titip minuman
dingin juga ya. Nanti uangnya diganti kalau kamu sudah disini lagi.” balasku
sambil memberikan kunci motor padanya. Vegi langsung beranjak pergi
meninggalkanku yang duduk di kursi luar. Biasanya memang terdapat beberapa
kursi panjang yang disediakan pihak GB untuk sekedar santai selagi menunggu jam
masuk kuliah.
Aku
berkutat dengan ponsel yang sejak tadi menemani kesendirianku. Membalaskan
beberapa pesan masuk ataupun scroll media sosial yang menjadi hiburan ku siang
menjelang sore ini.
“Gawat..” lirihku, tiba-tiba saja merasakan panggilan
alam. Buru-buru aku mencari toilet untuk melegakan keinginan perut. Aku masuk
ke salah satu toilet yang berada dilantai satu. Disana ada dua toilet yang
kebetulan disalah satunya sedang terkunci dari dalam, pikirku mungkin memang
ada orang, sehingga memaksaku untuk masuk di sebelahnya.
Aku
menuntaskan kegiatanku di dalam, ketika ingin membuka pintu dan keluar dari
sana ternyata cukup sulit untuk dilakukan. Maklumlah, kuncinya hanya terbuat
dari balok kayu kecil yang dipaku ke kusennya, sehingga agak susah untuk
dibuka.
Setelah
berhasil terbuka, atensiku beralih pada kamar mandi sebelah yang ternyata masih
tertutup seperti awal tadi. Oleh pendengaranku juga masih ada orang di dalam
yang ditandai dengan bunyi siraman air ke klosetnya. Tak mau ambil pusing, aku
langsung keluar dan kembali ke lokasi semula untuk menunggu kedatangan Vegi.
“Dek, dari kamar mandi ya?” tanya seorang ibu cleaning
service, yang sedang bertugas hari ini.
“Iya bu, barusan saya dari sana” jawabku
“Itu tasnya ketinggalan di dalam” ucap ibu itu lagi
memberitahukan bahwa tasku masih tertinggal di toilet. Mendengar ucapan sang
ibu, Aku kembali ke dalam dan memastikan.
“Hmm, maaf bu. Ada lihat tas hitam kecil tidak? Tadi
kata ibu yang diluar tas saya masih ketinggalan di dalam” tanyaku pada ibu CS
lainnya yang bertugas membersihkan di dalam toilet.
“Oh itu di dalam tasnya” jawab nya sambil menunjukkan
arah dagu dimana tempat tas ku tertinggal. Aku terdiam ketika berbalik
mendapati toilet yang ku pakai tadi ternyata tidak bisa dibuka. Pintunya
tertutup dan digembok. Bahkan terkejut ketika di depan toilet tertuliskan
“Kamar Mandi Rusak”. Aku mengingat lagi dan sangat yakin bahwa beberapa menit
lalu aku keluar dari pintu ini.
“Maaf bu, kenapa digembok ya? Saya mau ambil tas saya
yang tertinggal di dalam” tanyaku
“Ini memang sudah seminggu macet dek klosetnya, belum
diperbaiki makanya ditutup dulu. Tapi, kenapa kamu bisa masuk kesini? Pintunya
kan di gembok terus” Ibu itu kembali bertanya dengan ekspresi tak terbaca. Tapi
aku yakin, dia juga penasaran setelah mendengar ucapanku tadi.
“Tadi enggak digembok kok bu dan saya menggunakan
toilet ini, bahkan klosetnya bagus” ucapku menjelaskan.
“Sebentar” Ibu CS itu mendorong pintu yang masih
tertutup. Setelah terbuka, tak ku temukan apa-apa selain tas hitam kecil milikki.
Padahal aku sangat yakin disana tadi masih terdengar orang yang menggunakan
kloset di dalamnya.
“Ini bukan tasnya?”
“I..iya, bu. Terima kasih” cepat-cepat aku mengabil
tas dan berlalu meninggalkan toilet.
Perasaanku
mulai cemas dan gelisah. Bagaimana bisa sudah hampir berminggu-minggu, ternyata
kejadian aneh itu kembali menghantuiku. Aku berusaha lupa terhadap kejadian
tadi, pokoknya aku tidak boleh tergoda dengan hal-hal yang berada diluar
nalarku. Bahaya! Ini bahaya! Aku memutuskan untuk bergegas menuju ruangan 11,
mana tahu sudah ada orang disana.
“Dari mana Riz? Aku nyariin kamu daritadi” Vegi duduk
di sebelahku, mengembalikan kunci motor dan menyerahkan minuman titipan
kepadaku.
“Tadi ke toilet sebentar, eh ini berapa?”
“Enggak apa-apa Riz, anggap traktiran”
“Eh, makasih ya Ve” Dia mengangguk. Kami kembali fokus
dengan arahan senior.
***
Cukup
lama mendengarkan arahan dan pengumuman dari senior. Semua memang membahas
kegiatan yang akan kami lakukan, karena perjalanan cukup jauh tentu membutuhkan
banyak persiapan. Kegiatan baru selesai pada malam hari, bahkan ketika satpam
sudah berulang kali menghampiri untuk menyuruh kami bubar dari gedung.
“Kamu mau pulang juga Riz? Ini sudah malam lho,
mending nginap aja dulu di kosanku” tawar Iis teman sejurusanku.
“Enggak Is, makasih lho tawarannya. Tapi belum terlalu
malam kok, bencong aja belum keluar lho!” ucapku sambil melayangkan bahan
candaan padanya, sehingga ditanggapi kekehan kecil dari Iis.
Di
perjalanan menuju pulang, ku sematkan earphone untuk mengurangi rasa bosan
sembari mengendarai sepeda motor dan menikmati perjalanan malam dengan kesendirian.
Kurang lebih 20 menit waktu tempuh untuk sampai ke rumah. Tidak seperti
biasanya, malam ini kepulanganku disambut oleh Kakek dan Ayahku yang tampaknay
sedang bercengkrama di teras.
Aku
memarkirkan motor di halaman rumah dan izin masuk kepada Ayah dan Kakeku.
Namun, sebelum itu Kakek langsung menginterupsi membuatku sedikit kaget dengan
nada bicaranya yang sedikit membentak pula.
“Siapa yang menyuruhmu masuk?” tepat berhenti diantara
Kakek dan Ayahku. Aku bingung – “Memang
aku salah apa, kenapa tidak boleh masuk?” batinku
“Lah, emang kenapa Bak?” (Bak : panggilan untuk
kakekku)
“Kenapa kamu ikut dia pulang? Apa mau mu?!” tanya
Kakek lagi, membuatku semakin tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh
Kakek. Sudah jelas kan, aku pulang ingin istirahat.
“Yah, Bak kenapa?” tanyaku pada Ayah yang ikut diam
setelah Kakek menghujani pertanyaan aneh padaku. “Biarkan Bak ngomong, kamu
diam saja” ucap Ayah dan langsung ku turuti.
Aku
masih terdiam, sementara Kakek mengamati ku dari ujung kepala hingga ujung
kaki. Kakek berdiri dihadapanku, sangat dekat sambil terus menatap kearah
belakangku. Aku mengikuti arah pandang Kakek dan yang ku temukan adalah Ayahku.
Karena masih penasaran, kembali ku tanyai pada Ayah melalui kode mata. Namun
Ayah menggeleng, mengisyarakatkan bahwa ia juga tak tahu.
“Masuk Riz!” Aku langsung masuk begitu Kakek memberi
perintah.
“Bu, Bak kenapa sih?” tanyaku pada Ibu yang ku temui
setelah masuk ke dalam rumah.
“Tadi katanya memang mau nungguin kamu pulang, ada
yang mau dilakukan tapi ibu enggak tahu apa” jawab Ibuku. “Riz, setelah
beres-beres keluar lagi ya, temui Bak dan Ayah lagi diluar” Aku mengangguk.
***
Disinilah
aku sekarang, berada di teras rumah bersama tiga orang yang dituakan di rumah
ini. Sesuai perintah ibu tadi, selesai membersihkan diri Aku langsung pergi
menemui mereka di luar.
“Kenapa yah?” tanyaku yang hanya dibalas gelengan pada
Ayahku, lalu sorot matanya mengarahkan pada Kakek. Maksudnya, Ayah menyuruhku
untuk berbicara pada Kakek saja. “Kenapa Bak?”
“Kenapa dia bisa ikut kamu pulang?” tanya Kakek
tiba-tiba
“Hah? Siapa? Aku pulang sendiri!” protesku merasa
terkejut dengan ucapan Kakek
“Sudahlah Riz, lain kali kalau mau kemana-mana
hati-hati dan baca doa. Jangan pergi ke tempat yang aneh-aneh” Kakek dengan pelan
menasehati, padahal aku sendiri tak tahu siapa yang mengikutiku pulang dan
dimana letak kesalahanku? Pembicaraan kala itu rasanya tak cukup memberi
solusi. Daripada berlama-lama bergabung dengan mereka, aku putuskan untuk lebih
dulu pergi ke kamar.
***
Rintik
hujan pagi ini mengawali hariku, dengan sepeda motor yang setiap hari menemani
perjalanan menuju kampus untuk menunaikan kewajiban sebagai seorang mahasiswa.
“Riz, nanti kita ada ifthor, kamu ikut ya” ajak Putri
“Ikut dong, oh iya nanti jadi masak-masak dimana?”
“Di kosan Mbak Citra deh kayaknya. Tapi aku tanyain
lagi nanti sama orangnya”
“Ah, oke nanti kabarin aja Put” ucapku mengakhiri
perbincangan singkat kami di pagi hari. Kami berpisah ditangga gedung belajar,
aku akan naik ke lantai 2 tepatnya pergi ke ruangan 25 dan Putri kembali ke
kelasnya.
Tak
ada lagi hal-hal aneh yang ku rasakan di ruangan 25 ini, hanya saja sesekali
masih tercium aroma kemenyan atau Bunga Melati yang menyengati indera
penciuman. Tak perlu ditanyakan, sudah pasti hanya aku yang merasakan ini.
Selesai
kelas, Aku bersama beberapa temanku berencana untuk mencari referensi tugas kuliah
di perpustakaan. Namun sebelum pergi masing-masing dari memutuskan untuk
menyelesaikan kegiatan, seperti Dwi dan Vegi mau pulang ke kosan dulu sembari
menjemur pakaian, Nani, Indah dan Nova lebih dulu ke perpustakaan, sedangkan
Aku dan Donna akan pergi dulu ke warung Bakso langganan kami untuk mengisi
perut yang sudah kelaparan.
“Eh sebentar Don, ada yang ketinggalan nih kayaknya.
Aku balik ke kelas dulu ya” ucapku dan dibalas anggukan oleh Donna yang
menunggu di parkiran motor.
Setelah
mengambil botol minum yang tertinggal, aku langsung jalan menuju tangga yang di
dekat ruangan 16, bukan tangga ruangan 23 (Pokoknya
anak GB 2 pasti tahu tangga yang ku maksud). Ketika berjalan, ada seorang
mahasiswa yang baru saja keluar dari ruangan 25 padahal aku tahu ruangan itu
sudah kosong.
Mahasiswi
itu berlari menuruni tangga ruangan 23, karena penasaran diam-diam aku
mengikutinya. Tepat di depan ruangan 23 hampir ke tangga pintu toilet,
tiba-tiba saja pintu tertutup dengan kerasnya, seperti dibanting oleh
seseorang. Aku sangat terkejut dan merasa takut, detik berikutnya ku putuskan
untuk berbalik arah menuju tangga ruangan 16 padahal di depanku ada tangga lain
yang bisa membawaku pergi ke bawah. Namun sudah kepalang takut melihat kejadian
tadi, aku harus cepat putar balik.
“Sudah Riz?” tanya Donna setelah aku kembali ke
hadapannya, aku mengangguk dan menyuruh Donna untuk cepat pergi dari sini
dengan satu motor saja.
Tatapanku
masih mengarah ke ruangan 16 yang bisa dipantau dari parkiran motor. Tampak
dari sana, seorang mahasiswa berdiri menghadap papan tulis dengan rambut sebahu
dan berbaju putih kemeja. Dengan cepat aku menggeleng, melupakan apa yang sudah
ku lihat tadi dan fokus dengan rencana kegiatan kami setelah ini.
***
Selesai
makan siang, Aku dan Donna kembali ke parkiran motor untuk menjemput motor lain
yang kami tinggalkan disana tadi. Aku mengantarkan Donna sampai di parkiran
yang kebetulan dulu posisi parkiran masih gabung antara motor dan mobil, belum
seperti sekarang. Disamping parkiran sengaja dibuatkan tempat duduk untuk
bersantai dan berkumpul para mahasiswa setelah ataupun saat menunggu kelas
berikutnya.
Ku
lihat disana ada beberapa mahasiswa yang duduk merokok sambil bercengkrama satu
sama lain, namun entah mengapa ada sesuatu yang ganjil. Apakah itu hanya
perasaanku saja, atau memang benar terjadi? Dan itu adalah ….
6 Komentar
Beh sebuah kisah menarik di bungkus dengan cukup apik
BalasHapusKutunggu kelanjutan kisahnya🙂
BalasHapusNext dong, penasaran bet wkwk
BalasHapusDuh, makin penasaran aja deh aku..
BalasHapusBerapa part kira2 ceritanya?
BalasHapusNext dong min
BalasHapus